Mamuju, IndigoNews | Perekonomian Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) pada triwulan I tahun 2025 mencatat pertumbuhan sebesar 4,83% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,65% (yoy). Angka ini juga lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 4,87% (yoy).
Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Barat mencatat, perlambatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari sisi lapangan usaha maupun pengeluaran. Dari sisi lapangan usaha, konstruksi menjadi sumber utama perlambatan akibat belum optimalnya realisasi belanja modal APBN dan APBD serta kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah pusat dan daerah..
“Perekonomian Sulawesi Barat saat ini melambat dan bagusnya tidak ada penurunan hanya saja melambat dibanding triwulan sebelumnya,” ungkap Erdi Fiat Gumilang, Deputi Perwakilan BI Indonesia Sulbar.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga juga belum menguat signifikan meskipun sempat terdorong oleh momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri pada bulan Maret 2025.
Tingkat inflasi Sulawesi Barat pada Mei 2025 tercatat sebesar 3,21% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang berada di angka 1,60% (yoy). Secara bulanan, Sulbar mencatatkan deflasi sebesar -0,22% (mtm).
“Beberapa komoditas yang memberi andil deflasi adalah tomat, ikan segar (seperti ikan tuna dan ikan kembung), serta cabai rawit dan bawang merah akibat lancarnya pasokan dari berbagai daerah sentra produksi. Namun, inflasi tetap tinggi karena kenaikan harga beras, tarif angkutan udara, tarif pos, dan makanan jadi seperti nasi dengan lauk,” jelas Erdi Fiat Gumilang.
Inflasi Sulbar menjadi yang tertinggi kedua di kawasan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) setelah Papua Pegunungan (5,75%). Adapun kota Mamuju mencatat inflasi tahunan sebesar 3,06% dan Majene 2,13%.
Pewarta IndigoNews: Wahyu Ananda
No comments yet.